Kementerian LHK melakukan sosialisasi Rencana Operasional FOLU Net Sink pada Regional Kalimantan di Gedung Auditorium Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan (7/7). Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai dimana tingkat serapan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030 akan seimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi. Agenda ini dilaksanakan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan agenda nasional tersebut menginat sektor kehutanan memiliki porsi terbesar di dalam target penurunan emisi gas rumah kaca.
Plt. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Ruandha Agung Sugardiman selaku Ketua Harian I Tim Kerja Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dalam arahannya menerangkan, implementasi Rencana Operasional FOLU Net Sink ingin mencapai target penyerapan emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030. Sektor kehutanan memiliki kontribusi terbesar sebanyak 60% dalam pemenuhan target netral karbon atau net-zero emission tersebut.
“Kesuksesan pelaksanaan FOLU Net Sink ini menjadi signifikan guna memenuhi Nationally Determined Contribution (NDC) yang menjadi kewajiban nasional Indonesia di dalam agenda perubahan iklim global. Hal ini merupakan progres kita atas Ratifikasi Paris Agreement, Adopsi Pakta Iklim Glasgow dan keputusan lainnya termasuk pertemuan Stockholm +50 di Swedia,” ungkap Ruandha.
Keterlibatan seluruh pihak sangat berperan dalam optimalisasi aksi mitigasi FOLU Net Sink ini. Ruandha lebih lanjut menjabarkan FOLU Net Sink 2030 terdiri atas Rencana Operasional sebagai tindak lanjut Perpres 98 Tahun 2021 terkait penyelenggaraan nilai ekonomi karbon serta Kepmen 168 Tahun 2022 tentang Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 untuk pengendalian perubahan iklim. Selain itu, Kementerian LHK juga telah menyusun Rencana Strategis dan Rencana Kerja sebagai dasar pelaksanaan di tingkat regional dan daerah.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar mengungkapkan bahwa Pemerintah Kalimantan Selatan berkomitmen penuh di dalam mendukung pemenuhan target. “Kalimantan adalah pemilih hutan tropis terbesar di Indonesia. Harapan kita bersama untuk FOLU Net Sink dapat mempercepat upaya perlindungan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim,” ujar Roy. Selebihnya, Roy mengungkapkan bahwa Kalimantan Selatan berhasil merehabilitasi lahan kritis seluas 160 hektar melalui program Revolusi Hijau. Kalimantan Selatan juga menunjukkan keseriusan dalam perlindungan ekosistem lahan gambut yang rawan terbakar serta adanya Taman Hutan Tropis di Banjarbaru dapat menjadi pusat studi sektor kehutanan.
Rektor Universitas Lambung Mangkurat, Sutarto Hadi menambahkan peranan Forum Pimpinan Lembaga Perguruan Tinggi Kehutanan Indonesia (FOReTIKA) di dalam keberhasilan FOLU Net Sink kedepannya. “Kami optimis dengan program pemerintah dalam perlindungan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim ini. Kami mendorong para akademisi untuk melahirkan studi-studi kehutanan dan lingkungan hidup yang selaras dengan Rencana Operasional FOLU Net Sink, serta mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjalankannya,” ujar Hadi.
Saat ini Kementerian LHK telah selesai melaksanakan sosialisasi Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 di tingkat Regional. Dalam waktu dekat akan ditindaklanjuti dengan sosialisasi Rencana Strategis dan Rencana Kerja secara mendetail pada tingkat sub nasional sebanyak 10 provinsi yaitu Aceh, Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Diharapkan semua proses sosialisasi dan penyusunan rencana kerja sub nasional terkait Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 dapat terselesaikan sehingga dapat ditunjukkan kepada dunia pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di bulan November 2022.
Dikutip dari : http://ppid.menlhk.go.id/