Aceh Selatan, 12 Agustus 2018. Mendukung Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2018 dengan tema “Harmonisasi Alam dan Budaya”, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) lakukan pelepasliaran 150 ekor tukik (anak penyu) dari jenis penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea) di Stasiun Pelestarian Penyu Rantau Sialang (12/8), Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Kluet Utara, Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN) Wilayah I Tapaktuan. Kegiatan pelepasliaran dilakukan pada sore hari di Pantai Rantau Sialang, Desa Pasie Lembang, Kecamatan Kluet Selatan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Sebelum pelepasliaran tukik dilakukan, berbagai macam kegiatan diselengarakan mulai dari pertunjukan Seni Tari Ranup Lampuan dan Rapa’i Geleng dari pelajar Sekolah Dasar (SD) di sekitar kawasan TNGL sebagai bentuk pertunjukkan Budaya Aceh hingga berbagai macam perlombaan seperti lomba makan kerupuk, memasukkan paku kedalam botol, dan panjat pinang. Hal ini dilakukan sekaligus dalam rangka menyambut dan memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-73. Acara dibuka langsung Kepala Balai Besar TNGL yang diwakili Kepala Bidang Teknis Konservasi, Adhi Nurul Hadi, S.Hut M.Sc. dan dihadiri beberapa instansi di Kabupaten Aceh Selatan seperti POLRES Aceh Selatan, KODIM 0107 Aceh Selatan, Balai KSDA Aceh, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kecamatan Kluet Selatan, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah VI Subulussalam, serta BRI Cabang Tapaktuan. Selain itu, turut hadir juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra TNGL seperti Wildlife Conservation Society (WCS), Forum Konservasi Leuser (FKL), Orangutan Information Center (OIC), Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Yayasan Scorpion Indonesia (YSI), Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), dan USAID Lestari. Selain itu acara juga dihadiri ratusan masyarakat yang berasal dari penjuru Aceh Selatan dan Kota Subulussalam.
Tak hanya pertunjukan seni budaya dan perlombaan, ada juga door prize dan souvenir menarik bagi masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan. Souvenir yang diberikan merupakan kerajinan masyarakat sekitar kawasan TNGL seperti kerajinan benang kasab khas Aceh Selatan, gantungan kunci dan bros bertemakan penyu yang terbuat dari batok kelapa. Adanya hasil kerajinan masyarakat lokal tersebut dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat dan sekaligus menjadi ajang promosi kerajinan masyarakat lokal, inilah perwujudan Harmonisasi Alam dan Budaya di Aceh Selatan. Kegiatan ini hasil inisiasi Balai Besar TNGL BPTN Wilayah I Tapaktuan dan Biodiversity Conservation and Climate Protection in the Gunung Leuser Ecosystem Project (BCCPGLE-KFW).
Pelepasliaran tukik ini menjadi momentum yang baik untuk memberi edukasi dan peran aktif masyarakat dalam melestarikan penyu sebagai satwa yang dilindungi yang kini terancam kelestariannya. Peran tersebut bisa dilakukan dengan tidak membuang sampah ke pantai atau laut, tidak memburu telur penyu, dan tidak memperjualbelikan bagian-bagian tubuh penyu. Karena kita fahami dan sadari atau tidak, satwa ini memiliki peran yang sangat penting di alam. Sehingga gangguan terhadap populasinya, akan juga berdampak pada keseimbangan ekosistem. Secara langsung ataupun tidak, pasti berdampak juga kepada kita manusia, pungkas Kepala BPTN Wilayah I Tapaktuan TNGL, Buana Darmansyah, S.Hut.T.
Hari Konservasi Alam Nasional merupakan salah satu upaya kampanye kepada masyarakat akan pentingnya konservasi alam bagi kesejahteraan masyadapat bena-benar terwujud di rakat. Hari Konservasi Alam Nasional sendiri diperingati setiap tanggal 10 Agustus. Peringatan HKAN pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 berdasarkan Keppres No.22 Tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2009. Peringatan HKAN merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan yang harus terus dilaksanakan dan dipertahankan dalam upaya perlindungan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya sebagai sistem penyangga kehidupan. Peringatan HKAN bertujuan untuk memasyarakatkan konservasi alam secara nasional sebagai sikap hidup dan budaya bangsa.
Sumber : Arif Saifudin, S.Si – PEH Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser
Foto : Ulul Azmi
Berita selengkapnya disini