Jakarta, 26 Juli 2018. Salah satu ekosistem mangrove yang masih tersisa di Ibukota Negara Indonesia adalah Kelompok Hutan Angke Kapuk terdiri dari Suaka Margasatwa Muara Angke, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, dan Hutan Lindung. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai KSDA Jakarta fokus untuk melestarikan dan memanfaatkan potensi mangrove dengan mengajak keterlibatan berbagai pihak, salah satunya Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). YKAN telah bekerjasama dengan para pemangku kepentingan lainnya menginisiasi dan memprakarsai aliansi dengan nama Mangrove Ecosystem Restoration Alliances (MERA).
Memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada tanggal 26 Juli 2018, Balai KSDA Jakarta bersama dengan YKAN melaksanakan serangkaian kegiatan guna mendukung kelestarian ekosistem mangrove di Indonesia yang dilaksanakan di Taman Wisata ALam Angke Kapuk antara lain Diskusi interaktif yang mengahadirkan Narasumber dari pemerintah, akademis, pakar, praktisi dan perwakilan sektor swasta; Penandatanganan perjanjian kerjasama Balai KSDA Jakarta dengan YKAN; Penandatanganan dukungan pihak swasta kepada program MERA; Penganugerahan penghargaan kepada pelestari mangrove dan Penanaman mangrove secara simbolik dimulainya kemitraan MERA yang dilakukan oleh Dirjen KSDAE, Kepala Balai KSDA Jakarta, YKAN serta pihak swasta
Poin penting hasil dikusi interaktif dalam peringatan Mangrove Sedunia ini adalah pentingnya Kolaborasi, dimana untuk untuk bisa berjalannya kolaborasi perlu adanya mutualisme dari semua stakeholder.
Hutan Mangrove memiliki tugas fungsi ekologis yang signifikan, baik bagi manusia maupun alam. Ekosistem ini membantu mencegah erosi dengan menstabilkan garis pantai, melindungi masyarakat dari badan dan banjir untuk mengatasi perubahan iklim serta menyimpan sejumlah besar karbon.
Sumber : Dadang Edi Rochaedi, S.P – Sub Direktorat Pemulihan Ekosistem Kawasan Konservasi
Berita selengkapnya disini