Panyabungan, 13 Agustus 2018. Rangga atau Rangkong gading (Rhinoplax vigil) merupakan salah satu jenis burung berukuran besar dari keluarga Bucerotidae yang ada di Taman Nasional Batang Gadis selain Rangkong Badak (Buceros rhinoceros) dan Rangkong Julang Emas (Aceros undulatus). Rangga dapat teridentifikasi dengan ciri-ciri yang spesifik. Untuk Rangga jantan, memiliki leher tidak berbulu dan berwarna merah, warna biru pucat pada betina. Rangga sangat muda dikenali karena memiliki ukuran tubuh yang besar (panjang dapat mencapai 120 cm), ekor putih dengan garis hitam melintang dan garis putih lebar pada sayap. Tanduk kuning-merah, tinggi berbentuk kotak, paruh kuning dan merah dengan kaki berwarna coklat. Untuk suara Rangga itu sendiri sangat khas, umumnya Rangga mengeluarkan suara atau bunyi dengan intonasi “juguk…juguk…juguk” dilanjutkan dengan suara seperti tertawa yang cukup panjang dengan bunyi “kwak…kwak…kwak”. Menurut pengakuan beberapa masyarakat yang sering masuk hutan Taman Nasional Batang Gadis, mereka sering mendengar suara Rangga pada pohon-pohon besar dipuncak bukit dan pohon Beringin (Ficus sp).
Keberadaan suara burung Rangga di Taman Nasional Batang Gadis sudah jarang terdengar, namun dari informasi yang didapat dari masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Batang Gadis bahwa ada sekelompok orang berburu burung Rangga. Kelompok pemburu burung Rangga berdalih hendak mencari damar atau gaharu didalam hutan. Namun pada kenyataannya, peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang mereka (pemburu) cari. Peralatan yang dibawa para pemburu burung Rangga berupa tali yang panjang dan senapan. Kelompok pemburu burung Rangga berburu dari Sumatera Barat hingga pedalaman hutan di provinsi Aceh untuk mendapatkan tanduknya (gading). Perburuan burung Rangga dipicu daya beli yang tinggi. Maraknya perburuan burung Rangga menyebabkan menurunnya populasi disamping lambatnya perkembangbiakan burung Rangga. Salah satu indikator menurunnya populasi burung Rangga saat ini adalah sudah jarang terdengar lagi suara burung Rangga yang khas. Saat ini, belum diketahui berapa jumlah burung Rangga di kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Hal ini disebabkan karakter burung Rangga yang hinggap dipepohonan tinggi dan terbang jauh sehingga sulit untuk mendeteksi, identifikasi dan inventarisasi populasi.
Selain perburuan, perambahan hutan atau illegal logging merupakan salah satu ancaman bagi Rangga. Perambahan hutan kawasan Taman Nasional menyebabkan hilang atau sulitnya Rangga untuk tinggal dan berkembangbiak. Hilangnya tempat tinggal atau sarang Rangga berarti membunuh Rangga betina dan anak Rangga. Terbunuhnya satu ekor Rangga jantan ditangan pemburu sama halnya membunuh satu keluarga Rangga, karena tidak ada lagi yang mengantarkan makanan kepada Rangga betina dan anak Rangga.
Betapa penting peran Rangga terhadap kawasan hutan, memberikan kontribusi dengan menaburkan biji ke segala penjuru hingga tumbuh. Sudah seyogyanya kita menjaga dan melestarikan Rangga, karena tanpa disadari keberadaan Rangga sangat dibutuhkan. Rangga butuh hutan, hutan butuh Rangga. kita butuh hutan, hutan butuh kita. lestarikan Rangga dan hutan seperti halnya kita melestarikandan diri kita.
Selengkapnya dapat download di link sbb : Rangga, Si Penabur Biji Hutan yang Kian Hilang di TNBG
Sumber : Mulliyadi – PEH Balai Taman Nasional Batang Gadis
Berita selengkapnya disini