Sejumlah peneliti biodiversity melakukan penjelajahan di pelosok Kalimantan Tengah. Dari penjelajahan peneliti bidang flora selama lebih 10 hari ini, berhasil ditemukan koleksi sebanyak 93 spesies dari 14 family.
“Minggu pagi ditengah agenda kerja di Jawa Timur, saya menerima laporan langsung dari pelosok wilayah Kalteng dari tim penjelajah, para peneliti biodiversity flora dan fauna dipimpin Kepala Balai KSDA Kalimantan Tengah, Sdr. Sadtata,” ujar Menteri LHK Siti Nurbaya.
Dari temuan baru tersebut, terdapat prospek yaitu diantaranya 16 spesies berpotensi sebagai informasi terbaru dalam dunia biodiversity Indonesia. Jadi bisa spesies baru ataupun new record (sebelumnya tidak ditemukan di areal tersebut).
Selain itu 40 spesies dapat dimanfaatkan sebagai ornamental plant/tumbuhan hias dan sisanya dalam proses identifikasi. Hal ini akan ditindak lanjuti penelitiannya oleh KLHK untuk mengetahui prospek pemanfaatan tumbuhan sebagai obat (bioprospeksi).
Sementara itu, dari peneliti herpetofauna terindikasi ada sebanyak 40 spesies yang terdiri dari 23 spesies amfibi (6 famili) dan 17 spesies reptil (9 famili), beberapa di antaranya endemik Kalimantan. Dan bila penelitian dilanjutkan pada penjelajahan menunjukkan tren naik, artinya ada kemungkinan catatan tambahan dari daftar spesies herpetofauna bila penjelajahan dilanjutkan.
Identifikasi lebih lanjut masih dilakukan untuk beberapa spesies amfibi yang ditemukan. Dari peneliti avifauna teridentifikasi sebanyak 97 spesies (baik identifikasi fisik maupun suara) dari 37 family berbeda. Terdapat 2 spesies belum teridentifikasi secara persis yang ditemukan pada ketinggian 500 meter diatas permukaan lait. Terdapat pula burung family Nectarinidae yang ditemukan pada ketinggian 800 mdpl dan untuk ini akan dilakukan pendalaman lebih lanjut.
Secara khusus sedang diupayakan juga untuk menelusuri keberadaan badak seperti dari tanda-tanda keberadaan badak seperti jejak, kotoran, plintiran maupun urine.
Secara umum kondisi medan bentang alam tidak mudah, dengan kelerengan rata rata >50%, tanah berbatu, serasah yang tebal, lalulintas jalur manusia. Belum ditemukan adanya badak, hanya indikasi -indikasi seperti ketersediaan pakan, sumber air dan kubangan masih di jumpai dan sudah dipasang camera trap di 2 lokasi kubangan. Begitu pula adanya indikasi dari masyarakat sekitar bahwa pada masa lalu adanya badak di sekitar lokasi Desa.
KLHK akan melakukan survey lanjutan dengan metode OKUPANSI pada area yang dengan kondisi berpotensi besar dapat mendeteksi adanya keberadaan badak seperti daerah hulu pedalaman dan pada kawasan Cagar alam perbatasan Kalbar-Kaltim.
“Terima kasih para peneliti, atas perjuangan keras di tengah rimba,” ungkap Menteri Siti.
https://ppid.menlhk.go.id/