Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan Yayasan SINTAS Indonesia pada Selasa (27/02/2022) melaksanakan kegiatan kick off meeting sebagai penanda diawalinya kegiatan survei macan tutul jawa (Panthera pardus melas) se-Pulau Jawa, atau Java-Wide Leopard Survey (JWLS). Survei yang akan memanfaatkan teknologi kamera pengintai (camera trap) ini ditujukan untuk mengetahui status populasi macan tutul jawa di seluruh habitat satwa liar yang tersisa di Pulau Jawa. Selain survei kamera pengintai, JWLS juga akan mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa untuk mengetahui struktur populasi macan tutul jawa dan preferensi satwa mangsanya.
Kegiatan JWLS akan dilaksanakan seluruhnya menggunakan kapasitas nasional, baik secara teknis, sumberdaya manusia, maupun pendanaan. Secara teknis, disain dan rencana kegiatan JWLS dipersiapkan seluruhnya oleh KLHK bekerjasama dengan para praktisi konservasi karnivora besar Indonesia. Dalam hal sumberdaya manusia, JWLS akan dilaksanakan oleh UPT Ditjen KSDAE-KLHK dan para mitra lokal-nya. Dari sisi pendanaan, JWLS didukung sepenuhnya oleh KLHK dan mitra sektor swasta nasional.
JWLS yang rencananya akan dilaksanakan selama kurang lebih dua tahun ini merupakan kegiatan kolaboratif survei satwa liar dengan menggunakan kamera pengintai terbesar pertama di Indonesia, baik dalam segi cakupan wilayah, pendanaan, maupun pihak-pihak yang terlibat. Sebanyak kurang lebih 600 unit kamera pengintai akan dipasang oleh delapan tim gabungan survei lapang secara bergantian pada kurang lebih 1.160 stasiun pengamatan di 21 bentang alam yang meliputi 10 taman nasional, 24 Kawasan suaka alam, dan 55 kawasan hutan lainnya, dengan luas wilayah kurang lebih 9.825.523.083 ha. Selain itu, sebanyak kurang lebih 550 sampel kotoran macan tutul jawa menjadi target untuk dikoleksi secara bersamaan dalam survei kamera pengintai.
Kegiatan JWLS diharapkan dapat menghasilkan data dasar status populasi dan preferensi satwa mangsa macan tutul jawa yang akurat berdasarkan kaidah ilmiah yang kuat. Data dasar tersebut akan digunakan di dalam kajian kesintasan populasi (population viability analysis) macan tutul jawa dalam rangka pembaharuan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa. Selain macan tutul jawa sebagai target utama, ini juga akan memperoleh data biodiversitas terrestrial lain dan sebarannya di seluruh habitat satwa liar yang tersisa di Pulau Jawa.
Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Prof. Satyawan Pudyatmoko menyampaikan bahwa, “JWLS ini merupakan survei satwa liar skala nasional kedua terbesar di Indonesia setelah survei harimau sumatera se-Sumatera atau Sumatra-Wide Tiger Survey (SWTS) yang telah selesai dilaksanakan oleh KLHK bersama mitra kerjanya pada tahun 2023 yang lalu.”
Prof. Satyawan menyampaikan lebih lanjut, kegiatan SWTS dan JWLS ini menjadi salah satu bukti nyata komitmen Pemerintah Indonesia dalam menerapkan kaidah-kaidah ilmiah dalam memperkuat pengelolaan satwa liar dan habitatnya di Indonesia. Selain itu, kegiatan tersebut juga menjadi bukti komitmen KLHK untuk terus mengupayakan pelibatan dan kerja sama berbagai pihak, termasuk sektor swasta nasional, di dalam kerja-kerja konservasi. Kami berharap kerja sama ini dapat terus ditingkatkan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Dalam rangka mewujudkan komitmen pelestarian populasi dan perlindungan habitat macan tutul jawa, Prof. Satyawan menegaskan bahwa upaya konservasi macan tutul jawa di Indonesia telah dilakukan Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun melalui instrumen kebijakan dan program kegiatan di tingkat tapak.
Prof. Satyawan berpesan agar kegiatan Java-Wide Leopard Survey (JWLS) ini harus didisain untuk berkontribusi pada pencapaian target mencegah kehilangan keanekaragaman hayati ekosistem dan spesies yang menjadi program pembangunan prioritas nasional. Dirinya juga berpesan bahwa kegiatan ini tidak berhenti dengan memperoleh data metapopulasi macan tutul di seluruh Jawa, tetapi juga kondisi ekosistemnya, yang akan menjadi baseline bagi kegiatan tindak lanjutnya.
“Oleh karena kegiatan survei macan tutul ini dilakukan tidak hanya di dalam KSA dan KPA tetapi juga di luar KSA dan KPA, maka dukungan para pihak menjadi strategis untuk pengelolaan jangka panjang,” ungkap Prof. Satyawan.
Pada kesempatan ini, Prof. Satyawan juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini. “Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Yayasan SINTAS Indonesia, Universitas Gajah Mada, mitra perusahaan swasta, serta mitra masyarakat lokal yang telah mendukung kegiatan JWLS ini,” ucap Prof. Satyawan.