Kami telah memperbarui tampilan website, klik disini untuk mengakses versi lama website kami.

Pemimpin Transglobal: Rimbawan Muda Masa Depan Kehutanan Indonesia

Investasi gaya hidup ramah lingkungan dan kaderisasi pemimpin-pemimpin rimbawan masa depan mutlak diperlukan. Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Hendroyono saat membuka Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia 2022 dan Seminar Nasional yang digelar di Graha Instiper, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (18/7).

“Jumlah generasi milenial, Gen X dan Gen Z yang signifikan saat ini akan menjadi kunci SDM produktif di Indonesia kedepan. Maka menjadi penting memperhatikan peran pemuda, termasuk melalui Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia ini salah satunya, untuk mendorong rimbawan muda menjadi inisiator, aktor, motivator, dan dinamisator, katalisator dan bahkan edukator dalam pembangunan kehutanan saat ini dan kedepan,” kata Bambang.

Bambang menambahkan, di tengah pesatnya tuntutan kompetisi di era global, perlu dilakukan peningkatan SDM kehutanan ke depan untuk Indonesia maju. Sejalan dengan gerakan reformasi dan dinamika globalisasi menuntut adanya penyesuaian dan perubahan kepemimpinan di segala sektor maupun organisasi. Harapannya sektor kehutanan menjadi lebih responsif dan kolaboratif terhadap perubahan sehingga tetap adaptif bahkan terus berkembang. Inovatif dalam terobosan baru dan kompetitif dalam ketatnya persaingan global. Pada akhirnya kepemimpinan akan menjadi jauh lebih produktif (transglobal leadership).

Seseorang harus memiliki 6 kecerdasan intelegensia untuk menjadi pemimpin transglobal sehingga dapat memetakan beragam persoalan dan penyelesaiannya. Kecerdasan tanpa dukungan keteladanan perilaku kepemimpinan yang prima tidak akan mampu menghasilkan penyelesaian persoalan secara tuntas dan permanen.

Pemimpin transglobal juga harus memiliki lima karakter perilaku. Kelima perilaku tersebut mencerminkan (1) Ketahanan terhadap ketidakpastian (Uncertainty Resilience), (2) Konektivitas tim (Team Connectivity), (3) Fleksibilitas pragmatis (Pragmatic Flexibility), (4) Responsivitas perspektif (Perspective Responsiveness), serta (5) Orientasi bakat (Talent Orientation).

Rektor Institut Pertanian Yogyakarta, Harsawardana menambahkan bahwa hutan Indonesia selalu menjadi sorotan dunia. Untuk itu, dengan digelarnya pertemuan ini, menjadi pemantik bagi seluruh pihak untuk saling bekerja sama dan saling berdiskusi bagi masa depan kehutanan Indonesia.
“Keterlibatan Sylva Indonesia dalam pembenahan permasalahan kehutanan yang ada sangat penting,” tambah Muhammad Iqbal Amran, Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia.

Saat ini, Sylva Indonesia terdiri dari 48 Pengurus Cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sylva Indonesia mempunyai peran strategis karena sebagai mahasiswa, Sylva Indonesia juga mempunyai peran sebagai Youth Center of Excellence.

“Semoga Sylva Indonesia mampu mendorong lahirnya kader-kader baru rimbawan yang luar biasa karena persoalan lingkungan hidup dan kehutanan bukan persoalan biasa, sehingga butuh pemimpin yang luar biasa,” pungkas Bambang.

Hadir pula dalam acara tersebut, Wakil Rektor II dan Wakil Rektor III Instiper Yogyakarta, Ketua Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan Indonesia (FoRETIKA), Dekan Fakultas Kehutanan Instiper Yogyakarta, Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari, perwakilan Kepala UPT KLHK di Daerah Istimewa Yogyakarta, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman, dan perwakilan mahasiswa kehutanan dari seluruh Indonesia.

Dikutip dari : http://ppid.menlhk.go.id/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *