Kami telah memperbarui tampilan website, klik disini untuk mengakses versi lama website kami.

International Conference on Wildlife Conservation Day I: Memulihkan Spesies yang Terancam Punah

International Conference on Wildlife Conservation kembali diselenggarakan pada tanggal 13-15 September 2022 secara hybrid di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Hari pertama konferensi ini (13/9) dilaksanakan presentasi yang terdiri atas 2 sesi, yaitu Sesi I: Recovering endangered species, dan Sesi II: The Benefits of Technology to support wildlife conservation (Part 1). Pemaparan ini bertujuan untuk berbagi informasi dan pengalaman dalam membalikkan status keterancaman suatu spesies (reverse the red) dengan memperbaiki ekosistem dan populasi spesies.

Dr. Efransyah, selaku Penasehat Senior Menteri LHK, memfasilitasi presentasi pararel sesi I yang disampaikan oleh para pakar yaitu Dr. Jon Paul Rodriguez – Ketua SSC IUCN, Dr. Mirza Kusrini – IPB University & Wakil Ketua Regional SSC Asia Tenggara; Drh. Agus Ngurah Krisna – Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat, Ondrej Klucek, Ph.D – National Focal Point of the C, dan Agata Sobiesh – Ketua Tim CITES and Wildlife Trafficking DG ENV.F.3 Uni Eropa.

Presentasi pararel sesi II, difasilitasi oleh Dr. Wahyudi Wardoyo dimana materi disampaikan oleh para pakar yaitu Arief Boediono, Ph.D – Kepala Laboratorium Embriologi IPB University, Pavla Rihova – Pusat Ilmu Forensik Lingkungan Charles University, dan Ondrej Klucek, Ph.D.

Beberapa upaya konservasi Indonesia dalam reverse the red dapat dilihat dari upaya konservasi curik bali (Leucopsar rothschildi). Hal ini dapat dilakukan melalui adanya sinergisitas konservasi ex-SITU dan in-SITU, kegiatan restorasi, pembinaan populasi, penegakan hukum, penelitian, dan pengembangan masyarakat melalui penyadartahuan, kemitraan konservasi, serta re-stocking ke habitat dan meningkatkan kualitas genetic curik bali di penangkaran. “Upaya ini telah dapat meningkatkan populasi di habitat alami semula pada tahun 2018 sebanyak 184 individu menjadi 452 individu pada tahun 2022” ungkap Agus Ngurah.

Selain itu upaya reverse the red dapat dilakukan dengan meningkatan peran Assisted Reproduvtive Technolgy (ART) pada satwa liar melalui in-vitro fertilization (IVF), intracytoplasmic sperm (ICS), Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT), induced PLURIPOTEN Stem Cell (iPS) hal ini disampaikan oleh Arief Boediono. Lebih lanjut, Arief Boediono menyampaikan “ke depan diperlukan rencana aksi, antara lain mengevaluasi status reproduksi satwa liar, mengkoleksi sperm, ooctyle, embryo, somatic cell dan kriopreservasi-nya, serta pengimplementasian ART yang lebih maju, sehingga dibutuhkan kolaborasi para ahli global”.

Konferensi internasional ini akan dilanjutkan pada hari kedua yang akan melanjutkan berbagi dan berdiskusi informasi dan pengalaman tentang The Benefits of Technology to support wildlife conservation (Part II).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *