Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman jenis hayati (kehati) yang sangat tinggi. Kekayaan ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa Indonesia mencakup dua wilayah bio-geografis utama, Indomalaya dan Australasia, dan kawasan pertemuan kedua benua
Meskipun Indonesia hanya mencakup 1,3 persen permukaan bumi, namun Indonesia merupakan rumah bagi 10% spesies tumbuhan berbunga dunia; 12% spesies mamalia dunia; 16% dari seluruh spesies reptil dan amfibi; 17% spesies burung di dunia; dan 25% atau lebih spesies ikan dunia.
Total Luas daratan Indonesia adalah 1.919.440 km dan luas perairan 3.257.483 km dengan garis pantai sepanjang 99.093 km (BIG 2013) dengan total hutan hujan sekitar 1,10 juta km2 ( 26, 9 juta ha diantaranya telah disihkan sebagai kawasan lindung berupa Taman Nasional, Cagar Alam , Suaka Margasatwa dll) Indonesia adalah salah satu Negara terkaya dalam kehati di dunia . Secara geologi, Indonesia dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia, yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur. Dua jalur pegunungan tersebut menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif sehingga sering disebut sebagai The Pacific Ring of Fire. Hal ini juga menyebabkan Indonesia menjadi kawasan rawan gempa bumi.
Pembagian bioregion di Indonesia didasarkan pada bio geografi flora dan fauna yang tersirat oleh adanya garis Wallace (Wallace 1860 dan 1910), garis Webern(Weber 1904), dan garis Lydekker (1896). Pada awalnya, garis Wallace memisahkan wilayah geografi fauna (zoogeography) Asia (Paparan Sunda) dan Australasia.
Alfred Russell Wallace menyadari adanya perbedaan pengelompokan fauna antara Borneo dan Sulawesi dan antara Balidan Lombok. Kemudian, garis ini dikonfirmasi dengan teori Antonio Pigafetta, sehingga garis Wallace digeser ke arah timur menjadi garis Weber (Weber 1902). Garis Lydekker merupakan garis biogeografi yang ditarik pad batasan Paparan Sahul (Papua-Australia) yang terletak pada bagian timur Indonesia (Hugh 1992).
Pembagian bioregion ini diperkuat oleh hasil penelitian terkini (Berg and Dasmann 1977; Duffels 1990; Maryanto and Higashi 2011). Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka secara biogeografis, Indonesia ditetapkan menjadi 7 (tujuh) bioregion, yaitu (i) Sumatra, (ii) Jawa dan Bali, (iii) Kalimantan, (iv) Sulawesi, (v) Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Island), (vi) Maluku, dan (vii) Papua. Bioregion di Papua memiliki bentang alam luas serta kekayaan keanekaragaman jenis hayati dan endemisme yang tinggi yang mempengaruhi fungsi ekosistemnya.
Keanekaragaman jenis mengacu pada jumlah jenis berbeda yang ditemukan di suatu lokasi tertentu. Beberapa kawasan seperti hutan hujan tropis dan terumbu karang memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Keanekaragaman jenis sangatlah penting karena hilangnya suatu spesies jarang terjadi secara terpisah karena tumbuhan dan satwa memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup spesies lain sebagai sumber makanan, pengelolaan populasi, dan sebagai tempat berlindung.
Keanekaragaman jenis adalah keaneragaman jenis organisme yang menempati suatu ekosistem, di darat maupun di perairan. Dengan demikian masing-masing organisme mempunyai ciri yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai contoh, di Indonesia ada enam jenis penyu yang berbeda, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochelys cariacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta), yang masing-masing memiliki ciri fisik (fenologi) yang berbeda.
Keanekaragaman jenis tidak diukur hanya dari banyaknya jenis di suatu daerah tertentu tetapi juga dari keanekaragaman takson (kelompok taksonomi yaitu kelas, bangsa, suku dan marga). Kehati berdasarkan jenis dikelompokkan dalam dua bagian yaitu: (i) kehati yang hidup di ekosistem laut dan pantai (biota laut) dan (ii) kehati yang hidup di ekosistem terestrial (biota terestrial).
Spesies endemik penting karena mereka hanya berada di habitat yang terbatas pada wilayah tertentu akibat perubahan iklim, pembangunan atau kegiatan lainnya seperti perburuan, pemanenan yang berlebihan. Spesies endemik seringkali terancam punah, sehingga penting untuk menyelamatkan spesies tersebut. Seringkali spesies endemik terbatas pada suatu wilayah tertentu karena mereka hanya dapat beradaptasi dengan wilayah tertentu saja. Satwa endemik mungkin hanya memakan jenis tanaman tertentu yang tidak dapat ditemukan di mana pun, atau suatu tanaman telah beradaptasi secara sempurna untuk tumbuh subur pada iklim dan jenis tanah tertentu.
Karena keterbatasan beradaptasi dan bertahan serta ketidakmampuan untuk berpindah ke habitat baru, beberapa spesies endemik mempunyai risiko kehancuran tertentu ketika penyakit baru menyerang, ketika kualitas habitat terancam, atau jika spesies invasif memasuki wilayahnya dan menjadi pesaing. atau pemangsa.
Ancaman terbesar kepunahan kehati, terutama yang bersifat endemis adalah disebabkan oleh hilangnya habitat kehati. Kehilangan habitat terutama disebabkan oleh:.
Balai Kliring merupakan portal yang memfasilitasi pertukaran informasi terkait identifikasi, pelestarian, dan pemanfaatan serta kondisi terbaru keanekaragaman hayati di Indonesia
(+62) 21 572 0227
ditkkh@gmail.com
bkkhindonesia@gmail.com