Kami telah memperbarui tampilan website, klik disini untuk mengakses versi lama website kami.

target="_blank" rel="nofollow" > Login

Progres Pembahasan Post 2020 Global Biodiversity Framework di Jenewa, Swiss: Target percepatan negosiasi yang masih membutuhkan waktu

Pertemuan Bagian Kedua atau Resumed Session the twenty-fourth meeting of the Subsidiary Body on Scientific, Technical, and Technological Advice (SBSTTA-24), the third meeting of the Subsidiary Body on Implementation (SBI-3), dan the third meeting of Open-ended Working Group on the Post-2020 Global Biodiversity Framework (OEWG-3) Post 2020 Global Biodiversity Framework (Post-2020 GBF) telah berlangsung selama 15 hari sejak tanggal 14 – 29 Maret 2022 di Jenewa, Swiss. Indonesia sebagai salah satu negara anggota Konvensi Keanekaragaman Hayati turut aktif dalam negosiasi yang berlangsung, meskipun karena adanya pembatasan perjalanan ke luar negeri akibat pandemi, maka Indonesia secara khusus meminta kepada Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) untuk diberikan saluran online untuk mengikuti jalannya negosiasi.

 

Pertemuan tatap muka kedua setelah dua tahun lebih pembahasan melalui online meeting ini, telah menyempurnakan draft negosiasi tentang tujuan, target, dan mekanisme pendukung Post-2020 GBF yang ambisius dan transformative. “Para wakil Pemerintah hadir di Jenewa dan bertemu langsung untuk membuat percepatan kemajuan tentang tujuan, target, dan institusi yang dibutuhkan untuk melindungi alam”, kata Elizabeth Maruma Mrema, Sekretaris Eksekutif CBD. “Mereka bernegosiasi dalam diskusi intens dengan menghimpun berbagai posisi yang menunjukkan kekuatan multilateralisme dan keinginan kuat untuk mencari titik temu”, tambahnya.

 

Lebih lanjut, Co-Chair OEWG on Post 2020 GBF juga menyampaikan kelegaannya dengan progres yang sudah dicapai. “Ketika kami memulai pertemuan, seluruh teks yang sedang dibahas adalah draf pertama yang kami usulkan”, kata Francis Ogwal, yang bersama Basile van Havre memimpin negosiasi Post 2020 GBF. “Setelah keterlibatan dan diskusi di sini, di Jenewa, teks ini sekarang jelas milik dunia dan kami berada dalam proses yang dipimpin para negara anggota”, tambahnya. “Selama sesi tersebut, pemerintah mempertahankan bentuk dan struktur keseluruhan dari versi pertama draf kerangka kerja, yang mencakup tujuan, target, dan sarana implementasi, namun dengan adaya elemen tambahan dan kebutuhan serta kualifikasi lainnya maka diperlukan negosiasi glebih lanjut”, kata Mr. van Havre. “Pertemuan lanjutan diharapkan akan diselenggarakan pada akhir Juni di Nairobi, dimana para delegasi akan lebih menyempurnakan kerangka kerja dan menyepakati erjas yang akan disajikan untuk diadopsi di Kunming” imbuhnya.

 

Selama sesi pembahasan di Jenewa, penegasan erjasa tujuan menyeluruh dari rancangan kerangka kerja ini selalu menjadi topik diskusi. Perlindungan unsur-unsur keanekaragaman hayati di semua tingkatan (erjasa, spesies dan ekosistem) untuk menjamin keberlanjutan dan manfaatnya untuk kesejahteraan manusia serta pelaksanaan pembagian keuntungan yang adil dan seimbang dari pemanfaatan keanekaragaman hayati menjadi dasar pertimbangan dalam setiap usulan rumusan. Banyak saran ditambahkan ke dalam teks, serta erjasama capaian untuk menilai kemajuan yang memerlukan tambahan pertimbangan, dengan berbagai perbedaan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki masing-masing negara.

 

Sejumlah 21 draft target dari kerangka tersebut menjadi bahan diskusi utama. Diskusi yang mendalam dan keterlibatan para pemimpin pemerintahan yang diwakili oleh para delegasi menghasilkan diskusi yang ekstensif, yang memberikan konsekuensi bahwa erjasam besar teks akan memerlukan penyederhanaan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dunia sangat memperhatikan dan menilai diskusi tersebut sesuatu yang sangat penting.

 

Selain diskusi tentang draft Post 2020 GBF, pada 27 Maret 2022 juga dibahas tentang hubungan antara kerangka kerja tersebut dengan Digital Sequence Information dan pembagian keuntungan yang adil dari penggunaannya. Diskusi yang cukup erjasa dan a lot tersebut telah menghasilkan teks yang diupayakan untuk menyatukan pandangan dari perwakilan regional, penyedia (provider) dan kelompok pengguna (user) serta negara (regulator). Isu yang cukup kompleks dan cenderung berkembang saat ini berasal  dari pembagian manfaat yang dihasilkan, serta dari penggunaan informasi yang diberikan, sebagai akibat dari teknologi terkait dengan DSI yang telah muncul sebagai isu sentral bagi banyak negara di erjas CBD maupun Protokol Nagoya terkait Akses dan Pembagian Manfaat (Access and Benefit Sharing).

 

Resumed Session SBSTTA-24 melakukan diskusi ekstensif tentang monitoring frameworks, memeriksa erjasama baru yang ada dan yang diusulkan dengan menerapkan erjas “kehati-hatian” untuk menilai kesiapan berbagai erjasama. “Para pihak telah meluangkan waktu untuk memberikan saran ilmiah untuk mendukung kerangka ambisius ini (post-2020 GBF)” kata Hesiquio Benitez, Ketua SBSTTA-24. “Kami akan melanjutkan diskusi dan kemajuan ini dalam periode intersessional”, tambahnya.

 

Resume Session SBI-3 telah menyelesaikan pekerjaan penting dalam mobilisasi sumber daya untuk keanekaragaman hayati, serta mekanisme untuk meninjau implementasi kerangka kerja baru tersebut guna memberikan koreksi dalam kebijakan Konvensi jika diperlukan. “Hasil SBI akan berkontribusi pada pembahasan kerangka baru dengan unsur-unsur sarana implementasi” kata Charlotta Sörqvist, Ketua SBI-3. “Ini adalah pekerjaan besar yang harus dilakukan, tetapi diskusi kami juga menunjukkan kemauan yang luar biasa untuk bekerja menuju kompromi dan erjasama”, imbuhnya.

 

Pada hari penutupan, pemerintah menyepakati cara untuk melakukan percepatan target pembahasan menjelang Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB di akhir tahun 2022, yaitu dengan penyelenggaraan pertemuan di Nairobi pada Juni 2022. Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB akan berlangsung pada kuartal ketiga tahun 2022; namun kepastian tanggal masih harus ditentukan.

 

Hasil lain dari pertemuan tersebut:

 

SBSTTA-24 mengadopsi rekomendasi tentang keanekaragaman hayati laut dan pesisir, kegiatan untuk mempromosikan konservasi, restorasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati tanah; target dan erjasam yang terkait dengan spesies asing invasive (IAS), termasuk pemantauan dan pelaporannya; hubungan antara kesehatan dan keanekaragaman hayati, penilaian risiko biologi sintetik dan manajemen risiko organisme hasil modifikasi genetik, dan program kerja IPBES.

 

SBI-3 menyepakati rekomendasi tentang penilaian kemajuan, mobilisasi sumber daya dan panduan untuk mekanisme keuangan, peningkatan kapasitas dan pengembangan, opsi untuk meningkatkan perencanaan, pelaporan dan tinjauan, pengarusutamaan, rencana aksi gender baru, komunikasi dan kerjasama dan juga rekomendasi terkait implementasi Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati, dan Protokol Nagoya tentang Akses dan Pembagian Keuntungan.

 

–00–

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *