Cibinong, Humas BRIN. Baru-baru ini, Peneliti Badan Riset dan Inovasi (BRIN) dari Pusat Penelitian Biologi berhasil menambah data kehati dengan penemuan spesies baru Microhyla sriwijaya -katak kecil bermulut sempit dari Pulau Belitung dan Lampung. Amir Hamidy, Peneliti Herpetologi Pusat Penelitian Biologi yang juga salah satu penulis dari publikasi ini menjelaskan nama sriwijaya dipilih untuk diabadikan sebagai nama jenis ,mengacu pada nama kerajaan pemersatu pertama yang mendominasi sebagian besar Kepulauan Melayu. “Ini berbasis di Sumatra dan mempengaruhi Asia Tenggara antara abad ke-7 dan ke-11,” ungkap Amir.
Bersama dengan beberapa penulis lainnya, yaitu Rury Eprilurahmani, Sonali Garg, Vestidhia Y. Atmaja, Farits Alhadi, Misbahul Munir, Rosichon Ubaidillah, Tuty Arisuryanti, S.D. Biju, dan Ericn. Smith, Amir menuturkan ciri khas dari spesies baru ini, katak jantan dewasa ukurannya kecil dengan panjang moncong hanya berkisar 12,3 hingga 15,8 mm. Penemuan spesies baru dari genus Microhyla ini telah dipublikasikan pada jurnal Zootaxa pada tanggal 2 September 2021.
Selanjutnya salah satu penemu jenis baru ini, Rury Eprilurahman dari Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada juga menmbahkan bahwa saat ini Indonesia memiliki sembilan spesies Microhyla yaitu M. achatina (Jawa), M. berdmorei (Kalimantan and Sumatra), M. mukhlesuri (Sumatra), M. gadjahmadai (Sumatra), M. heymonsi (Sumatra), M. malang (Kalimantan), M. orientalis (Jawa, Bali, Sulawesi, dan Timor), M. palmipes (Bali, Jawa, dan Sumatra), dan M. superciliaris (Sumatera). Dari jumlah tersebut, empat spesies (M. achatina, M. gadjahmadai, M. orientalis, dan M. palmipes) merupakan jenis endemik Indonesia.
Terkait status konservasi amfibi di pulau Belitung, Amir menjelaskan bahwa habitat amfibi di pulau ini sudah terancam oleh kegiatan antropogenik yang mengakibatkan kerusakan habitat beberapa jesnis amfibi. Penemuan Microhyla sriwijaya menegaskan perlunya melestarikan habitat alami pulau yang berharga.
Selain itu perlu dilakukan survei dan studi herpetologi secara ekstensif di wilayah yang lebih kecil dan kurang tereksplore potensi kehatinya seperti Belitung. “Spesies amfibi pertama yang endemik di pulau ini, Ichthyophis billitonensis, telah dideskripsikan lebih dari 50 tahun yang lalu (Taylor, 1965). Selanjutnya penemuan jenis katak baru dari Pulau Belitung pada tahun 2012, yakni ditemukannya Leptobrachium ingeri (Hamidy et al., 2012). Terlepas dari penemuan-penemuan ini, tidak ada survei amfibi khusus disertai dengan literatur yang diterbitkan berasal dari pulau ini,” pungkas Amir. (sa)
sumber: Humas Cibinong Science Center
Foto oleh: Farits Alhadi
Sivitas Terkait : Dr. Amir Hamidy
Berita selengkapnya disini